Bolehkah Menyalurkan Zakat Mal kepada Adik yang Sedang Menuntut Ilmu Syari?

๐Ÿ“Œ Pertanyaan dari: Titipan pertanyaan
โœ’๏ธ Dijawab Oleh: Muhammad Nirwan Idris Lc, M.H.I.

โ“ Pertanyaan:
Bismillah
Ijin bertanya ustadz, apakah boleh menyalurkan zakat mal kepada adik lakiยฒ kandung yg sementara menempuh pendidikan ilmu syari krn menurut sy, dia termasuk dalam salah satu yg berhak menerima zakat harta (jihad fi sabilillah). Namun sy ragu, krn kedua ortu masih ada tp keduanya tidak bekerja/berpenghasilan, disamping itu selama ini sy yg membiayai adik sy tsb utk kuliah. Jika mmg boleh sy menyalurkan zakat mal sy itu, apakah bisa sy memberinya dgn menyicil artinya nnti pada saat dia butuh utk bayar kuliah/keperluan bulannya baru sy transfer, tp zakat mal sdh sy sisihkan dari harta yg lain. Semoga bisa segera terjawab mengingat waktu utk mengeluarkan zakat sudah jatuh tempo.
Syukron wa Jazakumullahu khairan katsiran

โœ… Jawaban:

ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ุŒ ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ู‰ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ุŒ ุฃู…ุง ุจุนุฏ:

Zakat boleh disalurkan kepada kerabat yang menuntut ilmu dengan memenuhi tiga syarat utama sebagai berikut:

  1. Terhalang dari Mencari Nafkah karena Kesungguhan dalam Belajar:
    Kerabat yang menuntut ilmu berhak menerima zakat apabila kesungguhannya dalam belajar menghalanginya dari mencari nafkah. Namun, jika ia bermalas-malasan dalam studinya, maka ia tidak berhak menerima zakat. Dalam hal ini, Imam al-Khatib asy-Syarbini rahimahullah menjelaskan:

“ูˆู„ูˆ ุงุดุชุบู„ ุจุนู„ู… ุดุฑุนูŠ ูŠุชุฃุชู‰ ู…ู†ู‡ ุชุญุตูŠู„ู‡ุŒ ูˆุงู„ูƒุณุจ ูŠู…ู†ุนู‡ ู…ู† ุงุดุชุบุงู„ู‡ ุจุฐู„ูƒ ููู‚ูŠุฑุŒ ููŠุดุชุบู„ ุจู‡ุŒ ูˆูŠุฃุฎุฐ ู…ู† ุงู„ุฒูƒุงุฉุ› ู„ุฃู† ุชุญุตูŠู„ู‡ ูุฑุถ ูƒูุงูŠุฉ. ุฃู…ุง ู…ู† ู„ุง ูŠุชุฃุชู‰ ู…ู†ู‡ ุงู„ุชุญุตูŠู„ ูู„ุง ูŠุนุทู‰ ุฅู† ู‚ุฏุฑ ุนู„ู‰ ุงู„ูƒุณุจ”

“Apabila seseorang menyibukkan diri dengan ilmu syar’i yang memungkinkan baginya untuk menguasainya, namun aktivitas mencari nafkah menghalanginya dari menuntut ilmu tersebut, maka ia tergolong fakir dan berhak menerima zakat, karena mempelajarinya termasuk fardu kifayah. Adapun orang yang tidak memungkinkan baginya untuk menguasai ilmu tersebut, maka ia tidak berhak menerima zakat jika mampu mencari nafkah.” (Lihat Mughni al-Muhtaj dengan sedikit penyesuaian, 4/175).

  1. Ilmu yang Dipelajari Merupakan Fardu Kifayah bagi Umat:
    Ilmu yang dipelajari haruslah ilmu yang memenuhi fardu kifayah bagi umat. Ini mencakup baik ilmu agama seperti fikih dan tafsir, maupun ilmu duniawi seperti kedokteran, ekonomi, kimia, dan sebagainya, sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyah โ€˜ala al-Minhaj al-Qawim.
  2. Bukan Orang yang Wajib Dinafkahi oleh Muzakki
    Kerabat yang menerima zakat tidak termasuk orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki (pemberi zakat): Sebab, setiap orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki tidak diperbolehkan menerima zakat darinya. Dalam hal ini, Imam al-Khatib asy-Syarbini rahimahullah berkata:

: “ู…ู† ุดุฑูˆุท ุขุฎุฐ ุงู„ุฒูƒุงุฉ ุฃู† ู„ุง ูŠูƒูˆู† ู…ู…ู† ุชู„ุฒู…ู‡ ู†ูู‚ุชู‡” “

“Salah satu syarat penerima zakat adalah tidak termasuk orang yang wajib dinafkahi oleh pemberi zakat.” (Lihat Mughni al-Muhtaj, 4/183).
Adapun nafkah kepada saudara (kandung atau seayah/seibu) tidak termasuk dalam kewajiban tersebut.

Dengan demikian, boleh menyalurkan zakat kepada saudaranya.

Adapun tentang memberikan zakat secara berangsuran berarti membayar zakat dalam beberapa tahap atau cicilan, bukan langsung dibayarkan penuh sekaligus. Dalam hukum Islam, pada dasarnya zakat mal wajib dibayarkan secara penuh saat harta sudah mencapai nisab (batas minimal) dan haul (berlalu satu tahun hijriah). Namun, jika ada alasan yang dibenarkan, seperti kesulitan ekonomi atau demi kemaslahatan penerima zakat, sebagian ulama membolehkan pembayaran secara berangsuran, asalkan ada niat yang jelas dan dilakukan hingga lunas.

Wallahu A’lam

๐Ÿ”— Sumber: https://konsultasi.sakinahcommunity.com/jawaban?kode=MU001

Check Also

Titip Emas di Bank dan Menjualnya Saat Butuh Uang

๐Ÿ“Œ Pertanyaan dari: Hikmiatiโœ’๏ธ Dijawab Oleh: Muhammad Nirwan Idris Lc, M.H.I. โ“ Pertanyaan:Afwan ustadz/ustadzah mau …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *